Senin, 17 Oktober 2011

TORCH

TORCH

BAB I
PEMBAHASAN
A.Definisi

            TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit yaitu Toxoplasma,Rubella,Cytomegalovirus dan Herpes.(Weller.F,Barbara2005:669

B.JENIS-JENIS TORCH
        I.            TOXOPLASMOSIS
a.       Definisi:
 Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii.Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi.
b.      Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaitu toxoplasma gondii
c.       manifestasi klinis
-Sakit Kepala
- Lemah
- Sulit berpikir jernih
-Demam
- Mati rasa
- Koma
-Serangan jantung
- perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
- kejang otot, dan sakit kepala parah
d.      patofisiologi
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing yang terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif
e.       Patoflow
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
f.       penatalaksanaan
            Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.Pirimetamin dan sulfonamide.Bisa juga di pakai Klindamisin dan azitromisin.

    II.             RUBELA
a.       Definisi
suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly
b.      Etiologi
Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector.
c.       Manifestasi klinis
- Demam ringan
- Merasa mengantuk
- Sakit tenggorokan
- Ruam kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
- Kelenjar leher membengkak
- durasi 3 – 5 hari

d.      Patofisiologi
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyerang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
e.       Patoflow
1.       Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada 4 minggu pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelainan adalah 80%, sedangkan jika infeksi terjadi 8-12 minggu maka resikonya menjadi 25%. Rubella dapat menimbulkan abortus, anomaly congenital dan infeksi pada neonatus (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvulsi)
2.      Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada janin.( Sardjono TW, Hidayat)
f.       Penatalaksanaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi.Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang di lemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .



 III.             CMV (CYTOMEGALO VIRUS)
a.       Definisi
1.      Adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes.
2.      Adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.
b.      Klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
- Cytomegalo virus nefritis( ginjal).
- Cytomegalo virus hepatitis( hati).
- Cytomegalo virus myocarditis( jantung).
- Cytomegalo virus pneumonitis( paru-paru).
- Cytomegalo virus retinitis( mata).
- Cytomegalo virus retinitis gastritis( lambung).
- Cytomegalo virus colitis( usus).
- Cytomegalo virus encephalitis( otak )
c.       Etiologi
Cytomegalo virus
d.      Manifestasi klinis
-Petekia dan ekimosis.
-Hepatosplenomegali.
-Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
-Retardasi pertumbuhan intrauterine.
-Prematuritas.
-Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
-Purpura.
-Hilang pendengaran.
-Korioretinitis; buta.
-Demam.
-Kerusakan otak.
e.       Patofisiologi
Cytomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di Amerika Utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, sekret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
f.       Penatalaksanaan
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala (misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
 IV.             HERPES SIMPLEK
a.       Defenisi
Adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit disekeliling rectum atau daerah disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek.
b.      Etiologi
Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
c.       Klasifikasi
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
a)       HSV – 1
b)       HSV – 2
d.      Manisfetasi klinik
a)      Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
b)       Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah 2 – 3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
e.       patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibodi maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibodi sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer.
f.       Patoflow
Dampak pada kehamilan dan persalinan :
a)       Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b)      Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin  apabila ketuban pecah.
c)       Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi  lahir.
g.      penatalaksanaan
a)      Wanita hamil:
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban.Sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC
b)      Bayi baru lahir:
 Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus.Kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
Tabel I : Kelainan Bawaan Pada Bayi Akibat Infeksi TORCH Kongenital (Menurut Sardjono TW, Hidayat 1998;48 : 431-435)   
Infeksi
KeKelainan Utama
Kelainan Lain
TOXO
Hidro / Microsefalus,
Khorio-retinitis,
Klasifikasi intracranial
Hepato-spenomagali,
Ikterus Limfadenopati, Retardasi psikhomotor
Rubella
Katarak, tuli, kelainan jantung, strabimus
Hepato-spenomagali, Trombositopeni, Retardasi psikhomotor
CMV
Microsefalus, tuli
Klasifikasi intrakranial, Hepato-spenomagali, Trombositopeni, Khorioretinitis Retardasi psikhomotor
HSV
Microsefalus
Khorioretinitis, Hepatitis intrapartum, Retardasi psikhomotor

Tabel II : Pemilihan Lab Diagnostik Pada Infeksi TORCH
Infeksi
Pilihan I
Pilihan II
TOXO
Demonstrasi Antibody IgM terhadap Toxo Hydrosefalus chorioretinitis, klasifikasi cerebral yang terbesar
Demonstrasi titer Antibody, anti Toxo (I&II) pengamatan IgM - IgG
Rubella
Isolasi virus Rubella dari urin, usapan tenggorok, darah atau demostrasi IgM ati Rubella Katarak, Penyakit Jantung Kongenital, mikrophthalmis, lesi - lesi tulang panjang
Demonstrasi titer Antibody Anti Rubella (I&II) pengamatan IgM spesifik kalau perlu IgG spesifik.
CMV
Isolasi CMV dari urin, usapan tenggorok, darah.
Cara Biakan jaringan FAT.
Pewarnaan secara FAG pada sel - sel urin. Klinik adanya mikrosefali Pneumonitis, klasifikasi serebral periventrikuler
Demonstrasi titer Antibody, anti CMV dan pelacakan Antibody IgM spesifik CMV, kalau perlu spesifik
HSV
Amati dan bedakan gejala klinis HSV 1, HSV 2 atau sindroma neurologik pada anak baru lahir s.d balita kalau perlu sampai remaja.
Adanya mikrosefali, retardasi psikhomotor, cephalgia berat intermiten, gen keseimbangan
Demonstrasi titer Antibody anti HSV tanpa memperhatikan Antibody IgM spesifik anti HSV.
Pemeriksaan titer Antibody IgG - anti HSV



C.CARA PENULARAN
Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :
1.      Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya dimasak tidak sempurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
2.      Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan   (Howard, 1987).
3.      Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
4.      Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.
5.      Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
6.      Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.
7.      Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.
8.      Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah – buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.
9.      Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KEHAMILAN DENGAN INFEKSI TORCH


·         PENGKAJIAN
Identitas klien:
a.        Keluhan utama: Demam
b.       Riwayat kesehatan:
    -Suhu tubuh meningkat
    -Malaise
    -Sakit tenggorokan
    -Mual dan muntah
    -Nyeri otot
c.        Riwayat kesehatan dahulu:
    -Kliensering berkontak langsung dengan binatang
    -Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
    -Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d.       data psikologis
e.        data spiritual
f.        data social dan ekonomi
g.      Pemeriksaan fisik
a)       mata :
  -nyeri
b)      Perut :
-diare
-mual dan muntah
c)      Integument:
-suka berkeringat malam
-suhu tubuh meningkat
-timbulnya rash pada kulit
d)     Muskuloskletal:
-nyeri
-kelemahan
e)      hepar
-hepatomegali
-ikterus
·         PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a)      Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG  (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
b)      Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG  (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG  (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
c)      Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG  (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
·         DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
a)        Tujuan :
-mengurangi nyeri
b)       Kriterian hasil :
-Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
-Klien tampak rileks
 -Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.
2.      Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 390c tubuh menggigil
a)      Tujuan:
  - Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
b)      Kriteria hasil:
 -Terjadi peningkatan suhu
-Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh
 -Peningkatan tingkat pernapasan
3.      Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan ditandai  dengan diare
a)       Tujuan:
  -memenuhi kebutuhan cairan tubuh
b)       Kriteria hasil:
 -Mempertahankan volume sirkulasi adekuaT
 -Tanda – tanda vital dalam batas normal
 -Nadi ferifer teraba
-Haluaran urine adekuat
 -Membrane mukosa lembab
 -Turgor kulit baik
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
a)       Tujuan :
 -Klien dan keluarga memahami definisi, tanda dan gejala, serta cara penanganan penyakit TORCH.
 - Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota  keluarga yang menderita TORCH
b)       Kriteria hasil:
-Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali definisi, tanda dan gejala, serta  cara penanganan penyakit TORCH
-Keluarga dapat berperan aktif dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderiat TORCH.
·         RENCANA TINDAKAN
1.      Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi
a)      Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional : Memudahkan tindakan keperawatan
b)      Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
c)      Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan klien
d)     Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
Rasional : Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
e)      Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Mengurangi nyeri
2.      Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 390C, tubuh menggigil.
a)      Observasi  dan catat hasil pemeriksaan suhu tubuh klien
Rasional :Menentukan intervensi selanjutnya
b)      Berikan kompres hangat
Rasional:kompres dapat menurun suhu tubuh yang non farmakologis
c)      Anjurkan klien banyak minum minimal 1,5 liter/hari
Rasional :hidrasi yang adekuat dapat menurunkan suhu tubuh dan mencegah kekurangan cairan dan elektrolit.
d)     Pertahankan kebersihan kulit
Rasional: kulit yang kotor dapat menghalangi penguapan tubuh terhadap panas.
e)      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : penurun panas
3.      Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan ditandai dengan diare
a)      Observasi tanda-tanda vital
Rasional : perubahan tanda vital yang signifikan menandakan adanya kegawatan.
b)      Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
c)      Anjurkan klien banyak minum minimal 1,5 liter/hari
Rasional : mempertahankan intake cairan peroral
d)     Anjurkan dan jelaskan untuk diet lunak rendah serat
Rasional : serat dapat meningkatkan frekuensi bab
e)      Berikan cairan sesuai batas diet
Rasional : untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f)       Monitor intake-out put/24 jam
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
g)      Kolaborasi pemberian obat
Rasional : obat diare
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
a)      Jelaskan tentang penyakit,tanda,gejala  tentang penyakit TORCH
Rasional : pengetahuan dapat meningkatkan kedisplinan terhadap terapi
b)      Jelaskan cara-cara pencegahan  penyakit TORCH
Rasional : meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam
c)      Berikan kesempatan bertanya kepada keluarga dan klien
Rasional : memperjelas pengetahuan terhadap penyakit
d)     Anjurkan upaya berobat rutin
Rasional : terapi yang berkelanjutan dapat memulihkan keadaan klien















KESIMPULAN


            TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
            Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi . Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya di dalam kucing.
            Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector.
            Citomegalo virus diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes,infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.
Herpes simplek adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek. Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
Pemeriksaan diagnostik :
a)      Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG  (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
b)      Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG  (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
c)       Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG  (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
d)     Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG  (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
Penatalaksaan :
Toxoplasmosis yang sering di pakai adalah Pirimetamin dan sulfonamide,bisa juga di pakai   Klindamisin dan azitromisin.
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi.Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin.
Untuk Cytomegalo virus Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala (misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
Penanganan Herpes simplek pada wanita hamil yang menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban.Kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari.












                 









.          

    DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer, Arif.dkk Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.2001:376
Sardjono TW, Hidayat. Zat anti Toksoplasma pada ibu yang melahirkan bayi cacat dibeberapa rumah sakit di kodya Malang. Maj Kedok Indon, 1998;48 : 431-435
Sumampouw H. Infeksi TORCH pada kehamilan. Surabaya: Lab/UPF Obstetri Ginekologi FK Unair.2005:1-11
Weller.F,Barbara.Kamus saku perawat.Jakarta:EGC:2005:669
http:// www.preventionindonesia.com/article.php?waspada torch=health0/02fhealth



















HASIL DISKUSI

1.Apakah infeksi toksoplasmosis dapat di tularkan dari interaksi langsung dengan pasien?
            Tidak dapat, karena infeksi penularan infeksi ini memerlukan hospes perantara yaitu kucing,anjing,tikus ataupun hewan pengerat lainya yang terkontaminasi toxoplasmagondii. Infeksi ini dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging yang terkontaminasi atau interaksi langsung dengan hospes perantara.
2.Mengapa pada infeksi CMV dapat menyebabkan ikterus neonaturium?
            Pada infeksi CMV terjadi infeksi sistemik, dimana virus ini telah menyebar ke hepar yang menyebabkan Gangguan ekskresi bilirubin akibat sumbatan dalam hepar (karena infeksi atau kerusakan sel hepar).








Tidak ada komentar:

Posting Komentar